Judul Buku : API TAUHID
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Terbit :Jakarta, 2013. Cetakan XVI, Januari 2018
Penerbit : Republika
Halaman :587 Halaman
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Terbit :Jakarta, 2013. Cetakan XVI, Januari 2018
Penerbit : Republika
Halaman :587 Halaman
"Sesungguhnya
yang layak dicintai adalah cinta itu sendiri. Dan yang layak dimusuhi adalah
permusuhan itu sendiri.". Itu merupakan cuplikan kata-kata yang ada dalam
novel sejarah ini, yang terus menyalakan Api
Tauhid bagi para penggelut dakwah dan penyelamat Agama Islam.
Ketika melihat
cover buku ini, terlihat jelas bahwa didalamnya terdapat nuansa Negeri Turkey
dan terdapat ulama besar didepannya yang menjelaskan bahwa ini adalah novel
sejarah yang menceritakan tentang sejarah turkey dan juga seorang tokoh di
Turkey yang berperan besar dalam sejarahnya. Sangat membuat tertarik orang yang
melirik “Novel Sejarah Pembangun Jiwa” ini.
Sang penulis,
yang merupakan novelis no. 1 di Indonesia, Habiburrahman El Shirazy dengan
apiknya menggabungkan romans dan sejarah di dalam buku ini. Bagaimana tidak,
buku ini sejatinya ialah hasil dari perjalanan dan pengalaman sang penulis dari
tahun 1997, ketika ia kuliah di Al-Azhar Universitu Cairo, hingga tahun 2012
dimana ia diberi kesempatan untuk keliling Turkey untuk melihat jejak-jejak
sejarah Islam, sekaligus jejak-jejak Badiuzzaman Said Nursi.
Pembaca akan
dibawa kepada dua kisah paralel antara kisah cinta Fahmi beserta perjalanannya
di musim dingin bersama dengan teman-temannya Aysel, Emel, Hamza, dan Subki
yang sedang berkunjung Turkey dengan biografi dari seorang tokoh bernama
Badiuzzaman Said Nursi beserta dengan sejarah Turkey didalamnya, yang membuat
pembaca tidak akan merasa bosan dan semakin tertarik dengan kelanjutan kisahnya
ketika adanya transisi cerita diantara kedua kisah tersebut.
Dimulai dari
Fahmi, tokoh utama dalam novel ini, yang dengan tekad kuatnya berazzam untuk
mengkhatamkan quran sebanyak 40kali di Masjid Nabawi hingga akhirnya ia pingsan
di hari ke 12. Teman-temannya pun khawatir dan curiga mengenai keadaan Fahmi
dan berkeinginan untuk mengajak Fahmi pergi ke Turkey untuk mengenal sejarah
disana sekaligus menenangkan pikiran Fahmi, yang sedang patah hati.
Lalu dimulailah
cerita dari tokoh besar di Turkey, yaitu Badiuzzaman Said Nursi yang luar biasa
membuat jiwa bergetar akan perjuangan dan kisah perjalanan hidup beliau di
masanya. Gelar Badiuzzaman atau Keajaiban Zaman ini diberi kepada beliau akibat
dari kejeniusan yang beliau punya seperti telah menghapal 80 buku klasik ulama
ketika berusia 15 tahun, menghapal Quran hanya dalam waktu 2 hari, dan juga
keberaniannya dalam menegakkan Islam di bumi Allah.
Kisah keteladannya
sungguh sangat membuat pembaca terbakar ghirohnya untuk terus membela kebenaran
di dunia ini. Said Nursi pun bukan hanya cerdas dalam ilmu, namun juga kuat
fisiknya yang dibuktikan dengan keberaniannya melawan rezim Mustofa Kemal dan
antek-anteknya. Halangan yang datang menghadang tidak dapat membuat beliau
berhenti untuk terus menyalakan api tauhid yang masih ada di Turkey, dimulai dari
pengusiran dari satu tempat ke tempat lain, dipenjarakan di tempat yang jauh
dari pemukiman, dan bahkan hingga penyiksaan yang sungguh amat kejam dari rezim
sekuler yang sedang melanda Turkey pada masa Mustofa Kemal At Taturk. Meski demikian,
Said Nursi tetap menyebarkan cahaya lewat tulisan-tulisan yang disalin oleh
murid-murid nya yang nantinya menjadi Risalah Nur yang berjilid-jilid yang
menjadi salah satu sumber cahaya di Turkey, ketika dalam masa kelamnya dalam
keruntuhan Khilafah Turkey Utsmani.
Semua itu
tersaji dengan baik yang membuat pembaca seakan-akan berada langsung pada
sejarah yang ada didalamnya. Buku ini sangat direkomendasikan bagi para pecinta
sejarah dan juga kisah roman yang disatupadukan didalam satu buku “Api Tauhid”
ini.