Pencarian

Rabu, 03 April 2019

Review Buku Api Tauhid Karangan Habiburrahman El Shirazy


Judul Buku : API TAUHID
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Terbit :Jakarta, 2013. Cetakan XVI, Januari 2018
Penerbit : Republika
Halaman :587 Halaman
"Sesungguhnya yang layak dicintai adalah cinta itu sendiri. Dan yang layak dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri.". Itu merupakan cuplikan kata-kata yang ada dalam novel sejarah ini, yang terus menyalakan Api Tauhid bagi para penggelut dakwah dan penyelamat Agama Islam.
Ketika melihat cover buku ini, terlihat jelas bahwa didalamnya terdapat nuansa Negeri Turkey dan terdapat ulama besar didepannya yang menjelaskan bahwa ini adalah novel sejarah yang menceritakan tentang sejarah turkey dan juga seorang tokoh di Turkey yang berperan besar dalam sejarahnya. Sangat membuat tertarik orang yang melirik “Novel Sejarah Pembangun Jiwa” ini.
Sang penulis, yang merupakan novelis no. 1 di Indonesia, Habiburrahman El Shirazy dengan apiknya menggabungkan romans dan sejarah di dalam buku ini. Bagaimana tidak, buku ini sejatinya ialah hasil dari perjalanan dan pengalaman sang penulis dari tahun 1997, ketika ia kuliah di Al-Azhar Universitu Cairo, hingga tahun 2012 dimana ia diberi kesempatan untuk keliling Turkey untuk melihat jejak-jejak sejarah Islam, sekaligus jejak-jejak Badiuzzaman Said Nursi.
Pembaca akan dibawa kepada dua kisah paralel antara kisah cinta Fahmi beserta perjalanannya di musim dingin bersama dengan teman-temannya Aysel, Emel, Hamza, dan Subki yang sedang berkunjung Turkey dengan biografi dari seorang tokoh bernama Badiuzzaman Said Nursi beserta dengan sejarah Turkey didalamnya, yang membuat pembaca tidak akan merasa bosan dan semakin tertarik dengan kelanjutan kisahnya ketika adanya transisi cerita diantara kedua kisah tersebut.
Dimulai dari Fahmi, tokoh utama dalam novel ini, yang dengan tekad kuatnya berazzam untuk mengkhatamkan quran sebanyak 40kali di Masjid Nabawi hingga akhirnya ia pingsan di hari ke 12. Teman-temannya pun khawatir dan curiga mengenai keadaan Fahmi dan berkeinginan untuk mengajak Fahmi pergi ke Turkey untuk mengenal sejarah disana sekaligus menenangkan pikiran Fahmi, yang sedang patah hati.
Lalu dimulailah cerita dari tokoh besar di Turkey, yaitu Badiuzzaman Said Nursi yang luar biasa membuat jiwa bergetar akan perjuangan dan kisah perjalanan hidup beliau di masanya. Gelar Badiuzzaman atau Keajaiban Zaman ini diberi kepada beliau akibat dari kejeniusan yang beliau punya seperti telah menghapal 80 buku klasik ulama ketika berusia 15 tahun, menghapal Quran hanya dalam waktu 2 hari, dan juga keberaniannya dalam menegakkan Islam di bumi Allah.
Kisah keteladannya sungguh sangat membuat pembaca terbakar ghirohnya untuk terus membela kebenaran di dunia ini. Said Nursi pun bukan hanya cerdas dalam ilmu, namun juga kuat fisiknya yang dibuktikan dengan keberaniannya melawan rezim Mustofa Kemal dan antek-anteknya. Halangan yang datang menghadang tidak dapat membuat beliau berhenti untuk terus menyalakan api tauhid yang masih ada di Turkey, dimulai dari pengusiran dari satu tempat ke tempat lain, dipenjarakan di tempat yang jauh dari pemukiman, dan bahkan hingga penyiksaan yang sungguh amat kejam dari rezim sekuler yang sedang melanda Turkey pada masa Mustofa Kemal At Taturk. Meski demikian, Said Nursi tetap menyebarkan cahaya lewat tulisan-tulisan yang disalin oleh murid-murid nya yang nantinya menjadi Risalah Nur yang berjilid-jilid yang menjadi salah satu sumber cahaya di Turkey, ketika dalam masa kelamnya dalam keruntuhan Khilafah Turkey Utsmani.
Semua itu tersaji dengan baik yang membuat pembaca seakan-akan berada langsung pada sejarah yang ada didalamnya. Buku ini sangat direkomendasikan bagi para pecinta sejarah dan juga kisah roman yang disatupadukan didalam satu buku “Api Tauhid” ini.